KELUARGA SAKINAH
Di dalam kitab suci Al Qur’an Surat Muhammad (47) ayat 7 Allah SWT berfirman :
“ Barang siapa yang menolong agama Allah, niscaya Allah akan menolong mereka, dan meneguhkan kedudukanmu.” Bila Allah sudah menolong, maka siapa yang bisa menghalangi pertolongannya ? walaupun bergabung Jin dengan manusia untuk menghalangi pertolongan yang akan diturunkan Allah atas seorang hamba-Nya, sekali-kali tidak akan pernah terhalang karena Allah memang menolong hamba-Nya yang beriman.
“ Jika Allah menolong kamu maka tak ada orang yang dapat mengalahkan kamu. Jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu ?. karena itu hendaklah pada Allah saja orang-orang mu’min bertawakal.” (QS Ali Imran : 160).
Saudaraku, jangan khawatir kalau seandainya saudara berusaha mendekatkan diri pada Allah SWT, kemudian saudara tidak kebagian dunia. Ketahuilah, dunia dan isinya adalah milik Allah, apapun yang diinginkan oleh orang-orang yang beriman, tentu suatu hal yang terbaik yang akan diberikan oleh Allah, misalnya kita berhasrat untuk menikah. Mengapa ingin menikah ?. sekiranya jawaban kita, “ ya, sudah waktunya saja.” Betulkah jawaban seperti itu ? kita mengucapkan jawaban tersebut besar kemungkinannya karena niat yang belum jelas.
Lain lagi kalau jawabannya seperti ini : “ bukankah kalau saya menikah, segalanya akan menjadi memiliki nilai tambah ?. tidakkah ibadahnya orang yang belum menikah nilainya hanya separuh dibandingkan dengan orang yang sudah menikah ?”
Seorang suami yang keluar dari rumahnya, untuk mencari nafkah bagi istri dan anak-anaknya, pahalanya jauh lebih besar ketimbang nafkah yang dicari ketika hidup sendiri. Demikian pula apabila istrinya memberi dukungan. Bila istri kita seorang yang sholehah, maka manakala kita tertimpa suatu masalah, maka ia dapat memberikan suatu jalan keluar dan motivasi yang dapat menentramkan hati kita.
Sekiranya kita memiliki putera-puteri yang sholeh dan sholehah dimana kita berhasil mendidiknya menjadi anak-anak yang bermutu, sehingga menjadi jalan kemaslahatan bagi orang tua, masyarakat dan agamanya. Maka subhanallah, betapa putera-puteri kita itu adalah suatu harta yang tak ternilai harganya. Apalagi seandainya ajal menjemput kita, lalu anak-anak kita senantiasa memanjatkan do’a memohon ampun dan kasih sayang bagi kedua orang tuanya. Insya Allah, niscaya pintu surga akan terbuka lebar-lebar, menanti kedatangan kita.
Ya, kita memang harus menikah dengan wanita yang sholehah, atau seorang pria yang sholeh, agar rumah tangga kita dikaruniai ketentraman, kebahagiaan dan keharmonisan, penuh bersimbah kasih sayang yang indah dan mengesankan.
Mudah-mudahan terlahir suatu generasi yang sholeh dan sholehah, yang dapat membawa manfaat bagi kemuliaan agama dan umat manusia, sehingga kelak makin banyak manusia dimuka bumi ini yang dapat menjadi jalan kebahagiaan dunia/akherat bagi sesamanya dan juga dapat menjadi bukti kemuliaan Islam. Inilah sesungguhnya niat yang benar ! menikah dengan niat dan motivasi yang luhur seperti ini , niscaya akan merentangkan jalan bagi kita untuk mengejar pertolongan-Nya.
Suami berangkat ke kantor, istri di rumah bersujud kepada Allah memohon keselamatan dan kekuatan agar suami tercinta hanya mencari rizki yang halal dan sedikit atau banyak yang di dapat tidak terlalu jadi masalah, karena hal itu hanyalah perkara kalkulasi manusia belaka. Akan tetapi rizki yang halal dan berkah sudah pasti akan membuahkan ketenangan dan ketentraman bathin serta kekhusyukan dalam beribadah.
Kalaupun suami pulang dengan membawa rizki yang banyak, maka seorang istri yang baik dan amat berhati-hati, akan menunjukkan rasa syukurnya kepada Allah dengan cara mengingatkan suaminya untuk bersama-sama menjaga karunia-Nya yang telah didapat itu agar tidak dibelanjakan secara sia-sia. Keduanya sadar bahwa dalam rizki yang diperoleh itu terdapat hak fakir miskin, sehingga segera dikeluarkannya infaq sebelum uang itu dibelanjakan bagi keperluan rumah tangganya.
Atau mungkin suatu ketika, suami berangkat dinas keluar kota, istripun dengan ikhlas melepas keberangkatannya, dengan untaian do’a penuh harap akan pertolongan-Nya, “ ya Rabb, aku titipkan kepada-Mu suamiku yang sedang dinas keluar kota. Engkau Maha melihat segala-galanya. Aku ingin suamiku terjaga dari segala godaan hawa nafsu. Engkau tahu persis syetan akan menipunya dari berbagai arah. Akan tetapi perlindungan-Mu niscaya akan membuat syetan tak akan mampu memperdayainya. Ya Allah, peliharalah suamiku dalam perjalanannya dan kembalikanlah kerumah ini dengan membawa rizki-Mu yang penuh berkah. Juga bertambah iman maupun ilmunya.” Demikian mungkin suara hati atau do’a seorang istri yang sholehah, yang mungkin sangat berpengaruh besar terhadap suaminya.
Rumah menjadi panggung yang menyenangkan untuk sebuah pentas cinta kasih yang diperankan oleh setiap penghuninya. Rumah juga menjadi tempat sentral kembalinya setiap anggota keluarga setelah melalui perjalanan panjang di tempat mengadu nasibnya masing-masing. Hanya ada satu tempat kembali, baik bagi anak, ibu, maupun bapak, dan anggota keluarga yang lain yaitu rumah yang mereka rasakan sebagai syurga. Bayangkan, setiap hari jatuh cinta. Anak selalu merindukan orang tua, demikian pula sebaliknya. Betapa indahnya taman rumah tangga itu. Sebab, yang ada hanya cinta dan kebaikan. Kebaikan inilah yang sejatinya menjadi pakaian sehari-hari keluarga. Dengan pakaian ini pula rumah tangga akan melaju menempuh badai sebesar apapun. Betapa indahnya kehidupan ketika ia hanya berwajah kebaikan. Betapa bahagianya keluarga ketika ia hanya berwajah kebahagiaan.
Keluarga seperti inilah yang senantiasa bersimbah kasih sayang dan Inayah-Nya dikarenakan mereka senantiasa berikhtiar (berusaha) mendekatkan diri kepada-Nya, setiap sudut rumah akan disinari cahaya (nur) Illahi. Jaminan Allah memang teramat sangat jelas, “ Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya, dan Dialah Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. Janji yang sebenar-benarnya hanyalah dari Allah, Allah tidak akan menyalahi janji-Nya tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.” (QS 30 : 5-6).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar